Menakar Elektabilitas Figur Muda BMR “Feminim” Pada Kontestasi Pileg 2024

0
598
Feramitha Tiffani Mokodompit SM MBA

Catatan : Abdul Bahri Kobandaha, SE

BOLMONG, DETOTABUAN.COM –
MENJELANG tahun politik 2024, wacana terkait munculnya figur muda wabil khusus di Bolaang Mongondow Raya (BMR) terus bergulir dan menarik untuk sekadar dibincangi. Kendati sudah ada nama-nama incumbent – yang sudah diprediksi bakal kembali meramaikan kontestasi Pemilu 2024, namun eksperimen politik melalui berbagai polling dan survey terus dilakukan partai politik untuk mengukur seberapa besar peluang dan respon publik terhadap figur-figur muda yang diprediksi memiliki peluang untuk mereka usung.

Karena, semua partai politik memiliki keinginan untuk menang dengan perolehan kursi yang signifikan pada pemilu nanti, maka incumbent yang masih disukai masyarakat masih diandalkan sejumlah parpol untuk mengisi line-up pemilu 2024. Tentu, ditopang juga ‘amunisi’ baru dari sejumlah nama-nama figur muda yang terus mereka orbitkan agar mendapat dukungan dari masyarakat – sehingga memudahkan parpol memperoleh suara pada Pileg 2024 nanti.

Untuk itu, dalam hal menyiapkan figur terutama para pendatang baru dari kalangan anak muda, partai politik akan lebih cermat dan tidak gegabah mengambil keputusan. Selain memenuhi kriteria secara administrasi – yang paling utama adalah soal popularitas dan elektabilitas para pendatang baru dari figur-figur muda ini yang akan menjadi prioritas.

Terkait hal ini, menarik dibincangi khususnya di BMR adalah kemunculan figur-figur muda yang cukup potensial, salah satunya, sebut saja: Feramitha Tiffani Mokodompit (Feminim), yang akhir-akhir ini namanya kian melejit dan santer diberitakan untuk maju di kontestasi Pemilihan Legislatif 2024.

Kendati, masih sebatas wacana “liar” di berbagai platform media sosial, mobilisasi dukungan dari masyarakat untuk anak muda yang satu ini sudah mulai nampak terlihat – terkhusus Feramitha Tiffani Mokodompit, antusiasme ini dapat dilihat dari sejumlah balihonya mulai bermunculan di setiap wilayah.

“Mengkristalnya” Mitha, sapaan akrab dari anak muda ini, tak lepas dari peran dan aktivitasnya di KNPI. Lalu lintas kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang ia lakukan, menjadikan dirinya banyak diapresiasi berbagai kalangan masyarakat terutama sekali anak muda di BMR. Secara intelektual, pun kemampuannya tak diragukan lagi berkompetisi di DPR mewadahi aspirasi masyarakat. Pun, dengan semangat anak muda, Mitha dinilai figur yang tepat mewakili kalangan anak muda, yakni: generasi ‘Z’ dan ‘milineal.’

Tentu, hal ini menjadi modal baik bagi partai politik yang ingin “meminangnya.” Dengan popularitas dan elektabilitas yang cukup baik, parpol memiliki keuntungan dari sisi politis. Parpol tidak perlu lagi merasa harap-harap cemas. Sebab salah satu indikator penting parpol dalam hal menentukan pilihan adalah melihat aspek personal figur berdasarkan persepsi publik melalui mekanisme survey yang dilakukan lembaga riset opini atau mekanisme survey internal parpol.

Sejauh ini, ada sejumlah nama anak muda yang diprediksi bakal maju pada pemilihan legislative 2024, namun nama-nama tersebut, maaf bukannya “mengecilkan” figur-figur tersebut, justru yang menjadi figur sentral dan banyak mencuri perhatian adalah sosok ‘nona manis’ : Feramitha Tiffani Mokodompit.

Kemunculan Mitha memang cukup mengagetkan publik, selain mendapat respon positif dari mayoritas masyarakat, Mitha dianggap sebagai ‘kekuatan baru’ dari kalangan anak muda yang memiliki partisipasi politik yang cukup tinggi di Pemilu 2024. Kendati begitu, respon publik terhadap Mitha tak selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Figur perempuan kerap dicitrakan negatif apalagi seusia Mitha yang tergolong masih sangat muda berkompetisi di level provinsi.

Sentiment politik dari rival-rival politik memang kerap dan akan terus berdatangan, namun bukan berarti pula, hemat saya tidak serta-merta mempengaruhi kepercayaan dan pilihan politik masyarakat untuk menolak sosok anak muda yang satu ini. Apalagi, di tengah-tengah masyarakat BMR yang melekat dengan karakter masyarakatnya yang selalu menunjung tinggi prinsip ‘pogogut’ (kekeluargaan dan kekariban).

Figur yang banyak terjun ke masyarakat dipersepsikan ‘dekat’ dengan masyarakat. Maka, apa yang sudah dilakukan Mitha, jika dimaknai adalah bagian dari bagaimana sosok anak muda ini terusmembangun kekariban dengan seluruh kalangan masyarakat sesuai dengan tradisi keadaban di wilayah BMR umumnya.

Akhirnya, keputusan terakhir berada di tangan partai politik. Apakah tetap menaruh harapan terhadap figur muda seperti Mitha, ataukah sebaliknya mengandalkan figur yang secara popularitas dan elektabilitas masih dilanda harap-harap cemas? Bagi saya, kehadiran feminim pada kontestasi Pileg 2024 memiliki magnet dan pengaruh yang cukup besar, terutama di kalangan masyarakat dan generasi muda di BMR wabil khusus di Bolaang Mongondow.

Memiliki elektabilitas dan popularitas apalagi yang diharapkan dari seorang figur anak muda seperti Mitha. Yah, pilihannya tergantung konstituen. Apakah mau menerima atau tidak? nujum saya: ia adalah anak muda yang komplit bertarung ide dan gagasan sehingga bisa diharapkan mewadahi aspirasi dari mayoritas masyarakat Bolaang Mongondow. Siapkah kita? Wallahualam Bishawab. (*).

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.