Pos Polisi Kehutanan Jadi Tempat Untuk Konsumsi Komix Anak Sekolah

0
503
Detotabuan.com, Boltim – Miris keberadaan Pos Polisi Kehutanan di Desa Motongkad Selatan Kecamatan Motongkad Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) yang kerap digunakan para remaja sebagai tempat untuk menikmati obat batuk komix.
Seorang masyarakat setempat, Masuri Mokoagow, mengungkapkan jika Pos Polhut jarang digunakan sebagaimana mestinya. Jarang petugas yang terlihat di pos tersebut. Hal tersebut digunakan para remaja untuk kumpul-kumpul.
“Pos Polhut itu jarang digunakan. Banyak anak sekolah yang selalu datang ke situ,” ungkap Masuri.
Selain itu, Dia juga menambahkan, “Di situ banyak sampah sachet obat batuk, ada ribuan. Berserakan di bagian depan, ruang jaganya dan dua kamarnya. Ada juga botol air mineral yang digunakan untuk minuman beralkohol.” Dia meminta instansi terkait dapat menutup pos tersebut agar tak merugikan semua pihak termasuk generasi muda Boltim untuk menggunakan obat yang mengandung dextromethorpan. “Saya khawatir justru digunakan sebagai tempat tempat esek-esek karena ada papan di dalam kamar-kamar. Daripada tak dimanfaatkan lebih baik ditutup saja,” terangnya.
Namun, Tak hanya itu juga, pihak sekolah pun diminta melarang siswanya untuk membolos dan berkumpul ditempat tersebut. “Sekolah harus tegas, ini demi anak-anak Boltim. Jam belajar jangan ada siswa di luar sekolah dan usai sekolah perintahkan agar langsung pulang,”pintahnya.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Rahman Potale saat dikonfirmasi tak menampik hal tersebut. Pihaknya terus mengunci pos tersebut, namun terus dirusak orang yang tak bertanggungjawab.
“Ke depan kita akan bekerja sama dengan instansi terkait seperti Pol PP, dinas perhubungan bahkan kepolisian agar bisa memanfaatkan pos posisi diBoltim sebagai pos terpadu,” ungkapnya.
Selain itu, Kepala Dinas Pendidikan Boltim Yusri Dampolii mengaku prihatin akan kondisi siswa saat ini yang banyak menyalahgunakan obat batuk dan ehabon. Pihaknya terus berupaya membendung perilaku dengan menekan sekolah agar mengawasi siswanya.
“Ini butuh peran serta semua pihak, tak hanya guru. Tapi pemerintah desa dan orangtua, sebab sekolah tak bisa mengawasi siswanya 1×24 jam,” terangnya..
Dia pun meminta para pedagang agar tak melayani anak-anak yang membeli bahan-bahan tersebut dalam skala besar. “Kiranya pedagang yang menjual barang tersebut agar tidak di berikan dalam skala besar sebab bukan tidak mungkin akan di salah gunakan,” tutupnya.(*/Fery)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.