JIKA aku calon wartawan atau reporter baru yang bau pelatihan jurnalistik maka sudihkah berita yang konon katanya “Picek” ditulis Si Tuli mengutip Sumber Bisu dan Linglung menurut anda itu “Poontong pa utat”.
Karena rasanya, sekuat penjabarkan “picek” yang kebetulan atau mungkin memang sengaja anda serap dari bahasa jawa itu, meski dengan gencarnya anda membumikan bahasa Mongondow, (harus aku akui, aku salut atas kegigihan anda sebagai putra daerah yang berusaha terus menunjukkan eksistensi dari luar daerah), aku hanya terus menemukan kelinglungan yang justru kian hebat, apakah aku yang memang terjebak dalam linglung yang lama atau memang sengaja dilinglungkan lewat tulisan yang kau retas jauh dari RS Pobundayan, juga dari polemik yang kian membuatku, penulis bau “tukui” ini berusaha menuliskan kelinglungan yang kian akut disini, di kotaku, Kotamobagu, Kota yang mungkin tak sebesar kota yang pernah kau datangi, namun aku bangga, paling tidak satu yang tidak bisa kau pungkiri, kau berasal dari sini.
Kita berjalan mencintai dalam detak yang sama, mencintai Bolaang Mongondow kawan, saudara, ataupun senior. Namun bisakah kau jelaskan atas setiap penemuan penelusuran dalam pencarianku yang berusaha keluar dari kelinglungan ini.
Jika Olden bisa sangat menarik perhatian untuk mendungukan, mentotolkan, membodohkan dan mendondungulkan para pewarta yang menurut anda paling dominan adalah kontributor atau pekerja yang tidak tetap dari media pusat, maka nampaknya memang terlalu lama anda bermukim dipusat ibu kota negara ini. Aku kian tolol bahkan saat belum memiliki pengalaman sedugang dan sekelas ketua PWI KK yang juga anda tololkan. Bukankah orang genius dan totol sama saja,bedanya orang genius bisa lebih cepat berhenti.
Oke, terlanjur sudah… Tak perlu aku menulis secara sistematis, namanya juga penulis pemula bau “tukui” butuh arahan entah dari PWI atau dari Bung KG yang laur biasa menginspirasi dan memotivasi Olden-Olden yang lain. Apapun yang anda jabarkan, kawan jangan terlalu cepat menjustis. Jangan terus mengkritisi tanpa solusi, pun lari dari daerah sendiri dan terus menyesatkan aku yang pemula ini.
Sebagai anak ingusan yang anggaplah memang tuli, bisu dan linglung, tolong retaskan bagaimana kausalitas, sejarah, akar, asal musabab terjadinya deretan komentar akun facebook yang terlanjur membuat Olden Wein Kakalang dijadikan selebriti oleh para wartawan yang katanya dungu dan arogan itu.
Kita orang Mongondow kawan, namun nampaknya huruk pikuk kota metropolitan membuat anda lupa apa itu mooaheran, membuat anda kian cerdas dan mendungukan banyak orang. Harusnya sebagai seorang yang tercerahkan, yang suka mengkritisi anda harus tahu memposisikan, tidak perlu berkoar lewat tulisan. Tak perlu terlalu ditanggapi namun sebagai pemula aku hanya ingin, tolonglah sedikit legowo dan merendah, sebagai senior kawakan dan aset daerah. Ada banyak hal yang bisa membuat anda menjadi figure yang menginspirasi saya dan banyak pemula dari Mongondow yang kronik ini. Karna menurutku si ‘Bodoh’ ini, tak perlu membodohkan orang hanya untuk menjadikan kita terlihat kritis dan cerdas.
Sekencur kencurnya kencur, tetap akan berasa tukui bagi orang mongondow.
(Neno Karlina Paputungan)