Penulis : Hendra Manggopa S.Pd
DETOTABUAN, BOLMONG-‘Gusri Lewan, Dia hanyalah seorang Rakyat kecil yang ingin ‘Sukses’
“Dia hanyalah seorang rakyat kecil yang ingin Sukses”, kata ini paling pantas untuk disebutkan kepada sosok Putra Desa Tungoi Kecamatan Lolayan yang ada di Kabupaten Bolaang Mondondow Sulawesi Utara. Gusri Lewan namanya, lahir dari keluarga petani dan dibesarkan dengan kehidupan serba berkekurangan.
Ia menikahi seorang gadis sekampungnya (Tungoi) Ida Kobandaha namanya dan dititipkan 3 orang anak oleh sang semesta, kehidupan rumah tangganya dimulai dengan serba pas-pasan sehingga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Papa Rio sapaan akrab Gusri Lewan rela meninggalkan keluarga untuk mencari nafkah sebagai penambang tradisional di hampir seluruh wilayah Indonesia seperti Ternate, Ambon, Namblea, Kalimantan, yang sudah pernah ia kunjungi demi menafkai keluarganya dengan hasil yang kadang memuaskan, dan ada juga justru tidak mendapatkan apa-apa.Namun dirinya tetap bersyukur karena resiko penambang sudah demikian.
Tahun demi tahun ia menekuni profesi sebagai penambang tradisional dan tetap sabar dan memiliki prinsip “Kalu torang pe rejeki tetap Dia (Tuhan) mo kase” (jika memang rejeki pasti Tuhan akan meridhoinya) karena aktifitasnya hanya sebagai penambang suatu ketika orang tuanya mulai melarang Papa Rio untuk menjadi penambang “Stop jo nga ba tambang dari nda ada sisi Mas” (berhenti saja jadi penambang karena kamu tidak memiliki sisi Emas) itulah kalimat yang disampaikan orang tuanya, namun dengan spontan Ia menjawab “Kita yakin mo dapa, karena suatu saat Tuhan mo kase karena Dia pasti sayang lia pa kita mancari trus”, (saya meyakini karena suatu saat Tuhan akan memberikan rejeki pada orang yang taat).Itu sepenggal cerita proses hidup yang diceritakan Papa Rio ketika sedang bercengkrama bersama.
Proses perjalanan hidup yang begitu berat, penuh perjuangan, keringat, cacian, bahkan hinaan didapatnya hingga sempat menjadi Sopir angkot Kotamobagu-Tungoi rupanya memberi hasil baik buat keluarganya, proses kesabaran akhirnya tanah milik keluarganya memiliki kandungan Emas yang cukup sehingga Papa Rio mulai menggali secara tradisional di lokasi tanah miliknya sendiri kemudian diberikan hasil lebih buat keluarga dan rakyat di wilayah Lolayan.
Ada pepatah yang mengatakan “Rajin mengais tembolok terisi” artinya jika rajin bekerja atau mencari nafka, maka rejeki akan bertambah,” . Sosok yang ramah, serta memiliki jiwa memberi ini pun diberikan rejeki yang besar sehingga ia memulai kehidupan baru dengan berkelebihan sehingga mulai mengangkat harkat keluarganya dan masyarakat seputaran Desa tempat tinggalnya Tungoi 1 dan Tungoi 2.
Namun rupanya pepatah ‘’Pucuk dicinta ulam tiba” artinya mendapatkan sesuatu yang lebih dari pada yang diharapkan menimbulkan iri dari sekelompok orang yang tidak menginginkan adanya peningkatan taraf hidup orang lain. Sehingga tantangan dan hambatan mulai berdatangan dari beberapa penjuru karena tidak iklhas dan tidak suka sosok Gusri mendapatkan hasil lebih dari tanah milikinya sendiri. Tetap ia pun berkata “Saya hanyalah rakyat kecil yang ingin Sukses”
Rakyat kecil tetap lah rakyat kecil, dengan berbagai tuduhan pengrusak Hutan, melakukan aktifitas Pertambangan Emas Tampa Izin (PETI) dirinya pun dijerat hukum hingga mengharuskan Ia di penjara selama 1 tahun sesuai putusan pengadilan. Dengan jiwa besar sebagai warga negara yang taat hukum ia menjalankan hukumannya di masa Pandemi Virus Corona Civid -19 dimana masa kehidupan manusia secara ekonomi diuji dalam kata cukup atau lebih.
Namun dengan berbagai penilaian dilihat dari sisi hukum (Kata buku) maaf saya sedikit mengerti Hukum karena saya Sarjana Pendidikan (KosingPaDang) beliau pun mendapat surat Asimilasi = Proses pembinaan Narapidana pemasyarakatan yang dilaksanakan dengan membaurkan narapidaa dalam kehidupan masyarakat.
“Saya hanyalah rakyat kecil yang ingin sukses”
Baru kurang lebih 3 hari mendapatkan surat Asimilasi dari Rutan, Senin 08/02/21 Om Gusri pun kembali ditahan oleh Tim Mabes Polri yang hingga saat ini keluarga pun masih bingung dengan tuduhan apa, hingga Ia langsung dibawah serta ke Jakarta. “Saya hanyalah rakyat kecil yang ingin sukses” banyak spekulasi diakibatkan adanya foto beredar dirinya dengan salah satu pejabat negara.
Lagi saya bertanya “Apakah rakyat kecil dilarang mengambil foto bersama pejabat negara?. (Dunia ini semakin aneh) sosok yang mencintai keluarga dan anak ini ketika diminta untuk menghadap ke penyidik Mabes di Polres Kota Kotamobagu berkata “Selaku warga negara yang baik saya akan menaati proses hukum” dan menyatakan bahwa dirinya akan tetap menjadi poros terdepan selaku penambang lokal di Bumi Totabuan tetaplah kuat dan teguh Om Gusri anda adalah BOGANI IN Totabuan.
#SavePenambangLokal