Oleh : Sehan Salim Landjar, SH
Sejak 15 Februari 2020 saya sudah prediksi ekonomi Indonesia akan anjlok, dimana saat itu Mentri Keuanga (Menkeu) optimis bahwa ekonomi Negara hanya terkoreksi sedikit, saya berpendapat lain, bahkan saya sudah ingatkan Sekretaris Daerah (Sekda) saya untuk jangan dulu gunakan atau laksanakan program yangg pembiayaannya bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU), karena saya tidak yakin Pemerintah Pusat dapat memenuhi target transfer ke Daerah, dan ternyata itu benar-benar terjadi.
Pada awal April sesuai surat dua Mentri (Menkeu-Mendagri) agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan Pemerintah Daerah (Pemda) memangkas 50% asumsi pendapatan DAU dan DBH. Dan kemarin Menkeu sudah menyampaikan kehawatirannya bahwa Indonesia akan mengalami resesi ekonomi pada kwartal ke 2, dengan pertumbuhan ekonomi minus atau dibawa nol. Seharusnya pemerintah pusat harus transparan kepada rakyat, dan meminta dengan sungguh-sungguh bahwa Negara dalam keadaan tidak sehat, sehingga membutuhkan perjuangan bersama utk menyelamatkan ekonomi Indonesia.
Negara saat ini membutuhkan para patriot Bangsa, membutuhkan pengorbanan demi Indonesia tercinta. Jika Presiden dan para Mentri, mau bangkitkan emosi Bela Negara kepada seluruh rakyat, saya yakin sebahagian besar, bahkan seluruh anak Bangsa akan terpanggil berkorban untuk Indonesia. Saya yakin rakyat indonesia mencintai Negerinya, saya yakin setiap anak Bangsa tidak menginginkan Indonesia akan hancur hanya karena penyebaran pademi Covid-19, saya yakin semua anak Bangsa akan relah mengorbankan keringat, darah, harta bahkan nyawa demi NKRI, demi tegaknya kedaulatan Bangsa Indonesia. Sayangnya, sampai saat ini, baik pemerintah pusat sampai ke daerah, cenderung mengangkat isue tentang kematian, dan menegeluarkan aturan dan kebijakan yang tidak singkron antara Mentri yang satu dan yang lainnya. Kelihatan dalam menjalankan tugas dan kebijakan ego sektoral, tumpang tindih dan membingungkan Pemda dan masyarakat.
Banyak kebijakan yang tidak efektif, terlalu birokrasi, berteletele dan terkesan lamban, tapi tidak ada yang mau mengaku salah, walaupun sangat nyata banyak keputusan Mentri yang tidak mendukung penyelesaian masalah yang cepat, efektif dan efisien.
Semoga untuk disisa-sisa kekuatan dan harapan yang ada, Presiden segera sadar dan mengambil langkah tegas dan cepat dalam merubah isue, tidak lagi berkaitan dengan kehawatiran soal kematian akibat corona, tapi lebih mengedepankan isue bela Negara, agar rakyat Indonesia akan merasa bertanggungjawab atas keselamatan Indonesia, akibat semakin melemahnya ekonomi dan kemapuan keuangan Negara, yang bisa berakibat fatal, dan bisa menimbulkan gejolak sosial yang lebih parah dari Pademi Covid-19.
Hari ini ada Kebijakan baru Presiden “NEW NORMAL”, bahkan sudah diimplementasikan Menteri Kesehatan dengan kebijakan New Normal dalam Keputusan Mentri (Kepmen), kesannya Presiden seperti mulai lepas tanggungjawab dan minta rakyat untuk mandiri, dan ini warning bagi kita semua anak bangsa.!
Penyaluran bansos, penyiapan APD, Penyiapan Tenaga Medis dan berbagai perangkat belum semuanya sempurna, pengawasan kontrol juga belum efektif, pemberlakuan PSBB masih banyak masalah, ditambah kebijakan baru yang ujung-ujungnya rakyat dikungkung, banyak pejabat “Menelingkung”.
Saat ini, Indonesia membutuhkan perjuangan dan pengorbanan kita semua anak Bangsa terutama Umat Islam yang mayoritas mendiami wilayah Indonesia.
Kemari Senin 25/5/2020, saya berkomunikasi dengan Mendagri lewat WhatsApp, saya sarankan agar Pemerintah pusat merubah isue, jangan lagi dengan kehawatiran tentang kematian akibat virus corona, tapi alihkan isue ke bela Negara, yang sedang memburuk ekonomi dan kemampuan keuangan, yang bisa berakibat gejolak sosial yang lebih parah dan lebih kejam dari pademi Covid-19 , dan saya sarankan agar para Mentri harus ada koordinasi dalam menjalankan kebijakan agar tepat sasaran tidak tumpang tindih, jangan egosektoral, sehingga jadi tidak efektif bahkan menimbulkan kegaduhan di Daerah.
Semoga sumbang pikir anak bangsa dari ufuk timur Indonesia Bolaang Mongondow Timur, didengar oleh Presiden dan para Pembantunya, Elit Politik Nasional dan para pihak yang berkepentingan.
Minal Aidhin Walfaizin, Maaf Lahir Batin.