(Penulis : Subagio Manggopa Anak Muda BMR)
MESKI setahun lagi, atmosfir politik Pemilu 2024 gelombangnya mulai terasa. Tak hanya di pelbagai media massa dan media sosial, topik inipun mulai ramai menjadi perbincangan di warung-warung kopi dan hajat orang banyak (nikahan). Hal ini dikarenakan, selain kembali munculnya incumbent, juga munculnya nama-nama baru yang turut meramaikan Pemilu 2024.
Secara politik, hal ini wajar karena masyarakat mulai melakukan seleksi dini bagi para kontestasi Pemilu 2024. Proses seleksi ini tak hanya mengukur kemampuan para calon kontestasi yang bisa membawa aspirasi, melainkan pula komitmen dan kepedulian nyata. Mengingat, waktu 5 tahun adalah waktu yang cukup lama – di mana masyarakat akan merasakan proses kebijakan-kebijakan politik melalui perwakilan yang mereka pilih. Sehingga, mereka tak mau kecewa dikemudian hari atas apa yang menjadi pilihannya.
Tentu, proses ini sudah dilakukan melalui dialog dan diskusi-diskusi di berbagai tempat. Dengan tujuan akan ada kesimpulan satu nama yang dipercayakan untuk membawa aspirasi masyarakat. Dengan begitu, masyarakat tidak seperti “membeli kucing dalam,” – perlu mengenal dulu rekam jejak. Maka, untuk saat ini gagasan perihal ‘pemilihan tertutup,’ asumsi saya tak relevan dengan demokrasi politik di negara kita saat ini. Kendati begitu, pada tulisan ini saya tidak sedang membincangi pemilihan tertutup yang lagi ramai itu. Fokus saya hanya bagaimana partisipasi generasi muda di pemilu 2024.
Generasi Muda
Diperkirakan pada gelaran Pemilu 2024, para calon kontestasi akan banyak didominasi oleh generasi muda. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan generasi muda dikelompokkan menjadi dua generasi, yaitu generasi ‘Z’ dan generasi ‘milineal.’ Generasi Z sebagai penduduk Indonesia yang lahir dalam rentang tahun 1997-2012 dan Generasi Milenial adalah mereka yang lahir antara 1981 hingga 1996.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, dari 270,2 juta jiwa populasi Indonesia saat ini, sebanyak 53,81 persen di antaranya merupakan gabungan dari kedua generasi di atas tadi. Rinciannya sebanyak 27,94 persen diisi oleh Generasi Z dan 25,87 persen lainnya masuk dalam kategori Generasi Milenial.
Dari kacamata politik, gabungan dari dua generasi Z dan milineal sangatlah “menggiurkan” bagi para bakal calon kontestan politik. Apa terlebih juga, kedua generasi ini mendominasi media sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai objek kampanye politik. Kendati pada sisi lain, mereka memiliki kecendurangan apatis terhadap isu-isu politik yang nantinya juga menjadi tantangan tersendiri bagi para calon kontestan dan partai politik.
Pemilu 2024
Pemilihan Umum atau disingkat Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum bebas, rahasia, jujur dan adil. Dengan kata lain, Pemilu sebagai bentuk terselenggara dan terjaminnya kebebasan politik dalam mewujudkan kedaulatan rakyat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sesuai definisi di atas, maka generasi muda perlu ikut andil juga. Entah, terjun langsung atau tidak, masuk ke dalam sistem ataupun di luar sistem. Keterlibatan generasi muda akan sangat berarti bagi tumbuh-kembanganya proses demokrasi sehat dan berkelanjutan. Keterlibatan pemuda dalam pemilu juga sudah diatur dalam UU No. 40 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (3). Di dalam UU tersebut disebutkan bahwa peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan politik dan demokratisasi di lingkungan masyarakat.
Dengan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi, serta memiliki pengetahuan dan wawasan luas, maka generasi muda harus berkonstribusi memberikan edukasi politik melalui media-media sosial kepada masyarakat. Generasi muda harus menggiring opini politik kepada masyarakat luas, bahwa politik itu dari, oleh dan untuk rakyat melalui proses demokrasi, yakni: Pemilu.
Akan halnya sebagai sumber informasi dan pengetahuan, generasi muda juga memiliki banyak ide dan gagasan segar untuk menjalankan amanah rakyat. Lalu apa lagi yang kita harapkan bersama di Pemilu 2024? Jawabannya, adalah generasi muda harus berani tampil untuk mengisi kekosongan di semua sektor yang tak lagi produktif dan telah mengalami penuaan. Siapkah anak muda. (*).