KOTAMOBAGU,DETOTABUAN.COM – Salah satu warga yang biasa mengisi BBM Solar bersubsidi di SPBU Kotobangon, membantah klarifikasi Humas SPBU Kotobangon Irawan Damopolii soal keributan antar konsumen Jumat (22/10/2021) lantaran lambatnya antrian di jalur pengisian BBM jenis solar bersubsidi.
“Jadi apa yang disampaikan Bung Irawan Damopolii itu hoaks alias bohong besar, sebagai masyarakat yang biasa mengisi solar di SPBU itu, kami sudah sangat paham permainan oknum petugas dan penimbun di SPBU Kotobangon, namun kami tidak memiliki kewenangan menghentikan mereka,” ujar pria yang diketahui berdomisili di Lorong Osion, saat menghubungi wartawan detotabuan.com via seluler, Selasa (26/10/2021) tadi.
Ia membeberkan, modus pengisian yang dilakukan oknum petugas SPBU ke oknum penimbun atau ‘Tukang Tap’ di SPBU itu, terbilang cukup rapi dan licin.
“Saat mengisi Solar bersubsidi ini, biasanya mereka menggunakan mobil jenis Innova yang tangkinya sudah dimodifikasi dengan kapasitas 100 liter, Inova kan ada solar dan bensin, jadi tidak mencurigakan, jalan masuknya lewat jalur pengisian Pertamax karena disitu sepi, jadi setelah yang satu terisi, kemudian mereka ganti dengan mobil yang telah antri di jalur Pertamax begitu seterusnya, itulah penyebab antrian sangat susah jalan, mereka-mereka ini diduga orang-orangnya oknum pengusaha berinisial Y dan K,” sebutnya.
Lebih lanjut kata dia, diduga setiap pengisian diatas 100 liter, si pemilik mobil biasanya membayar Fee ke petugas pengisian di SPBU, dengar – dengar Rp 50.000 ke seorang pria berinisial K.
“Bisa dibayangkan, kalau jatah SPBU Kotobangon 12.000 liter perhari kemudian yang terisi di mobil masyarakat hanya 2.000 liter berarti ada 10.000 liter yang masuk ke penimbun, kalau dikali Rp 50.000 per 100 liter, berarti tiap hari ada Rp 5.000.000 untuk petugas SPBU,” terangnya.
Selanjutnya kata dia, untuk pengosongan tangki agar mobil cepat kembali mengantri, itu biasanya mereka lakukan di Lorong Osion saat pagi hari dan itu sudah menjadi rahasia umum.
“Solar yang mereka isi ini diduga mereka jual kembali sesuai harga Black Market Rp 8.000, jadi kalau pembelian di SPBU Rp 5.650 per liter berarti keuntungannya Rp 2.350 per liter. Nah, kalau setiap mobil bisa mengisi 5 kali dengan rata-rata 100 liter, berarti 1 penimbun bisa mendapatkan 500 liter dikali Rp 2.350 berarti ada keuntungan sekitar Rp 1 jutaan perhari,” tegasnya.
Diketahui, sebelumnya, Humas SPBU Kotobangon, Irawan Damopolii, memberikan klarifikasi terkait video keributan di depan SPBU Kotobangon yang sempat viral di media sosial facebook.
( Link Videonya : https://youtube.com/shorts/zzWYrqFxSro?feature=share )
“Itu hoaks, bagaimana mungkin petugas main Solar subsidi, sementara disini (Areal SPBU) ada CCTV, makanya jika ada masalah, baiknya konsumen langsung menghubungi manajemen atau Humas SPBU agar tidak menduga duga, akhirnya jadi fitnah,” terangnya.
Sampai hari ini kata Irawan, manajemen SPBU Kotobangon, bertindak sesuai aturan yang ditetapkan Pemerintah, PT. Pertamina dan BPH Migas.
“Di SPBU Kotobangon, setiap konsumen hanya memiliki 1 kali kesempatan mengisi BBM bersubsidi perhari, jadi soal isu ada kendaraan yang mengisi BBM bersubsidi secara berulang atau Ba Tap (menimbun) di SPBU Kotobangon itu fitnah, tidak benar,” tambahnya.
(Red)