BOLMONG,DETOTABUAN.COM— Tangis Salamadi Tegelon (57) pecah saat diwawancarai sejumlah media. Cucu satu-satunya Musdalifa Harun yang baru berumur lima tahun menjadi korban banjir bandang yang menerjang Desa Domisil, Kecamatan Sang Tombolang, Rabu (4/3) sekira pukul 02.00 Wita dini hari.
Saat kejadian, Salamadi berusaha menyelamatkan cucunya ditengah terjangan air bercampur lumpur dan potongan kayu. Nasib berkata lain, tangan Musdalifa lepas dari pegangan kakeknya hingga hanyut terbawa arus air.
“Suasana saat itu gelap. Di dalam rumah saat itu ada istri, anak dan cucu saya Musdalifa. Tapi kami semua terpisah setelah banjir masuk ke dalam rumah. Hanya cucu saya yang sempat saya pegang. Tapi tangannya lepas. Nanti ditemukan sekitar jam 6 pagi yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumah dalam kondisi meninggal dunia,” kata Salamadi.
Salamadi menjelaskan kronologi kejadian tersebut, sekitar Pukul 02:00 ia terbangun karena mendengar sejumlah warga berteriak banjir. Saat ia keluar rumah keadaan air di jembatan intensitas air sudah mulai naik perlahan.
Ia langsung bergegas meninggalkan keluarganya dirumah dengan bermaksud untuk melihat keadaan warga serta keadaan suangi di lorong desa. Belum sampai ke tujuan, tiba-tiba masyarakat sudah berhamburan dan sambil berteriak banjir.
Bermaksud menyelamatkan keluarganya yang ia tinggalkan di rumah, yakni istri, anak dan cucunya, ia langsung berlari menuju rumah. Sesampainya di rumah, keluarganya sudah panik, bingung entah mau menyelamatkan diri ataukah harus pasrah. Situasi itu rumahnya sudah terkepung air bercampur lumpur, bebatuan dan kayu besar.
Keluarganya masing-masing Erni Dawit Istrinya, Eskawati tegelon anaknya dan cucu satu-satunya. Tak berpikir panjang Salamadi langsung menggendong Alifa Harun Umur cucunya lari melewati pintu dapur. Saat keluar, keluarganya langsung dihantam luapan sungai dengan ketinggian mencapai dada orang dewasa.
Sambil menggendong cucunya, ia berupaya menyelamatkan diri. Namun kakinya dihantam kayu besar kemudian terjatuh. Disusul cucunya terlepas dari pelukan. “Dalam gelap dan deru air terdengar, “Mama tolong aifa, aifa tako” (mama tolong, Alifa, Alifa Takut,” ucap Salamadi.
Peristiwa tersebut terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur beberapa hari terakhir dan menyebabkan air turun dari arah pegunungan. Banjir bandang yang menerjang ikut membawa material kayu, batu dan lumpur.
Salah satu warga yang rumahnya hanyut terseret arus, Samin Sulaeman (49) menuturkan, Desa Domisil dan sekitarnya diguyur hujan siang dan malam sejak tiga hari terakhir. Kata dia, rumahnya tepat di dekat daerah aliran sungai (DAS).
Sejak siang, air sungai mulai meluap. “Malam itu, listrik juga padam. Lantaran khawatir, saya mengajak istri untuk mengungsi ke rumah keluarga di desa tetangga. Paginya, saya datang dan mendapati rumah sudah hanyut. Tak ada satupun harta benda yang bisa diselamatkan,” tuturnya dengan nada sedih.
Tangis orang tua korban terus pecah, ditinggalkan anak tercinta. Terlihat Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow, turun langsung ke melihat langsung daerah terdampak banjir bandang itu. Ia pun menyisihkan waktu memberi penghiburan kepada keluarga korban.
Seperti diketahui, kejadian tersebut menyebabkab kerugian material akibat banjir bandang ini cukup besar. Menurut Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Darurat BPBD Bolmong, Rafik Alamri, mengungkapkan bahwa pihaknya mendapati ada lima rumah dan mobil tiga unit hanyut.
Fasilitas umum yang rusak ringan masing-masing gedung TK satu unit, gedung PAUD satu unit, kantor desa, dan taman pengajian. Sementara rumah yang rusak berat sepuluh unit, sepuluh unit rusak sedang dan 30 lainnya rusak ringan,” sebut Rafik.
Sesuai data di BPBD Bolmong kerugian akibat banjir bandang tersebut ditaksir Rp 1,2 Milyar. Selain korban manusia akibat banjir, juga beberapa barang warga hanyut terbawah banjir bandang.
“Rumah warga, dan kendaraan beroda dua dan kendaraan beroda empat terbawah dengan banjir tersebut. Jumlah rumah hanyut lima unit, motor lima unit, mobil hanyut tiga unit. Sedangkan Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang terdampak 66 KK, Lahan perkebunan kurang lebih 15 Hektar dan Jumlah jiwa yang terdampak 250 Jiwa,” tutupnya. (Ind)