JAKARTA – Ribuan buruh, yang tergabung dalam berbagai kelompok, menggelar demonstrasi bertepatan dengan Hari Buruh Internasional alias May Day pada Minggu, 1 Mei 2016.
Di Jakarta, pawai dilakukan dari Bundaran Hotel Indonesia ke seberang Istana Kepresidenan. Menurut rencana, pawai itu akan dilanjutkan ke Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Dalam keterangan kepada wartawan, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengatakan aksi kali ini menyuarakan penolakan terhadap outsourcing serta upah murah terhadap buruh. Dia menggarisbawahi Peraturan Pemerintah No. 78/2015 yang disebutnya berorientasi pada upah murah.
Image caption Demonstrasi buruh menyuarakan penolakan upah murah.
Pada pasal 44 ayat 2 Peraturan Pemerintah tersebut, upah minimum provinsi tahun depan dihitung berdasarkan upah minimum provinsi tahun ini ditambah dengan persentase angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Selanjutnya, Said menyerukan penghentian kriminalisasi buruh dan aktivis sosial dan penghentian pemutusan hubungan kerja (PHK).
Image caption Dalam demonstrasi buruh 1 Mei 2016 akan dideklarasikan dua organisasi massa yang diharapkan menjadi partai politik.
Pada aksi tersebut, tambah Said, akan dideklarasikan dua organisasi massa yang terdiri dari kalangan buruh, guru honorer, mahasiswa, dan nelayan. Kedua ormas itu bernama Rumah Rakyat Indonesia dan Organisasi Rakyat Indonesia.
Dia mengharapkan keduanya akan menjadi wadah untuk memperjuangkan nasib kaum buruh di ranah politik. Ke depan, kedua ormas itu diharapkan menjadi partai politik.
Pembentukan partai politik berbasis buruh bukan yang pertama sejak sejak jatuhnya Soeharto pada 1998.
Namun tak ada yang berhasil menarik pendukung yang cukup, sehingga tak memperoleh kursi di parlemen dan akhirnya bubar.
Termasuk Partai Buruh Nasional pimpinan Mochtar Pakpahan, pemimpin serikat buruh independen pertama, SBSI, yang keluar masuk penjara semasa pemerintahan Soeharto.
(Sumber : BBC.com)