SULUT,DETOTABUAN.COM – Debat Publik tahap II Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara yang digelar KPU Sulut, Rabu (11/11), mengusung topik “Kesejahteraan masyarakat, pendidikan dan penanggulangan kemiskinan.”
Di dalamnya menyangkut topik bahasan ekonomi, industri, pendidikan, perdagangan dan teknologi, UMKM dan koperasi, gender, disabilitas dan anak.
Dalam debat yang dipandu Debby Wulur dari TVRI, pasangan petahana Olly Dondokambey dan Steven Kandouw (ODSK) makin memperlihatkan keunggulannya.
Apalagi sejumlah pertanyaan yang dilontarkan paslon nomor 3 ini, menyulitkan paslon nomor 1 (CEP-SSL) dan Paslon 2 (VAP-HR) untuk menjawab.
Seperti halnya di segmen 3 (tanya jawab), ketika ODSK menanyakan bagaimana menurunkan gini rasio. Apalagi dalam data yang diungkapkan, gini rasio se-Sulut, Minsel dan Minut yang paling tinggi.
“Bagaimana upaya atau road map Anda dalam menangani gini rasio ini,” tanya Steven Kandouw ke kedua paslon.
CEP (Christiany Eugenia Paruntu) yang mendapat giliran pertama menjawab, lebih menyentil pada bagaimana mensejahterakan petani dan nelayan dan menyebut soal kestabilan harga komoditi unggulan berbasis kearifan lokal.
Selain itu, CEP juga menyinggung rencana pihaknya untuk memberikan anggaran dana desa di 15 kab kota senilai Rp200 juta per desa. Menurutnya membangun Sulut dari desa, akan menekan angka gene rasio.
Sedangkan VAP (Vonnie Anneke Panambunan) menyentil soal pembuatan pabrik-pabrik dan melakukan ekspor.
Jawaban VAP kemudian di tambahkan wagubnya, Hendry Runtuwene yang mengakui kegagalan dalam menurunkan gini rasio, adalah kegagalan pemerintah yang harus diperbaiki.
Menanggapi jawaban kedua paslon, ODSK diwakili Steven Kandouw yang diberikan kesempatan menanggapi jawaban yang ditanyakan, menyatakan cagub nomor 2 tidak mengerti dengan pertanyaan menyangkut gene rasio.
“Minta maaf calon nomor 2, dari apa yang ibu sampaikan, saya berkesimpulan, skali lagi minta maaf, (ibu) belum tahu persis apa terminologi gini rasio,” tukasnya menambahkan juga, upaya kedua paslon terkesan tidak ada ikhtiar untuk menurunkan gini rasio.
Sedangkan pada segmen keempat, ketika ODSK kembali diberi kesempatan bertanya, lagi-lagi jawaban paslon 1 dan 2 kurang memuaskan.
Pertanyaan itu terkait upaya dan kiat paslon jika menjadi gubernur dan wagub, untuk menaikkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).
Pasalnya PDRB adalah salah satu variabel yang sangat signifikan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu daerah. Atas jawaban paslon 1 dan 2, direspons Cagub nomor 3 Olly Dondokambey dengan singkat namun menohok.
“Saya kira kita paham dulu PDRB ini apa? Ini bukan (bicara) PAD. PDRB itu Produk Domestik Regional Bruto. Syukur calon wakil (nomor urut 2) sedikit menyinggungnya, tapi substansi utamanya ngga jelas juga. Bagaimana mau susun makro ekonomi suatu daerah, namun substansi PDRB nda tau apa,” tukas Olly.
Penampilan paslon petahana (ODSK) sejak debat pertama dan kedua ini, terlihat sangat menguasai materi debat. Apalagi dalam berbagai topik yang ditanyakan, ODSK selaku petahana sudah melakukan berbagai kebijakan dan konsep yang ditanyakan.
Berbeda halnya dengan dua paslon lainnya, yang berbicara menyangkut konsep yang baru akan mereka lakukan jika terpilih nanti.
Dalam “debat part 2” kemarin, ODSK sendiri mengungkap data BPS yang telah dicapai Sulut di bawah kepemimpinan mereka, meningkat secara ekonomi. Yakni, pertumbuhan ekonomi Sulut 5-6 persen per tahun dan berada di atas rata-rata nasional .
Berikut pencapaian investasi Sulut sebesar Rp14 triliun (2019), dan inflasi berhasil dikendalikan di bawah 4 persen, sehingga Sulut mendapat penghargaan TPID terbaik di wilayah Sulawesi.
Variabel lainnya seperti PDRB juga naik Rp130 triliun lebih, serta pengangguran turun 7,37% dari 9,03 persen (2015) dan kemiskinan turun 7 persen dari 8,65 persen.
“Data-data ini kami ambil dari BPS yang dipublish setiap triwulan, bukan data dari kami. Ini data sangat akurat,” kata Calon Gubernur Nomor 3, Olly Dondokambey. (**)