Literasi Media Cegah Radikalisme dan Terorisme di Sulut

oleh -58 Dilihat
oleh

SULUT – Akhir-akhir ini Indonesia dihujani berita radikalisme dan terorisme. Karena itu, peran pers sangat dibutuhkan untuk menjaga kedamaian di tengah masyarakat.

Hal itu terungkap dalam sambutan Gubernur Olly Dondokambey, SE yang diwakili Kepala Badan Kesbangpol Steven Liow, S.Sos dalam kegiatan literasi media sebagai upaya cegah dan tangkal radikalisme dan terorisme di masyarakat yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulut di Hotel Ibis Manado, Kamis (8/6/2017) siang.

“Marilah menjadi jurnalisme damai, karena sejatinya jurnalisme damai mampu melawan dan mengurangi kekerasan seperti yang dianut paham radikal dan teroris dan mampu menjadi komponen bangsa untuk menciptakan perdamaian di tengah kehidupan masyarakat,” ujarnya.

Namun disadari pula bahwa penyebaran gerakan radikalisme dan terorisme sedikit banyak dipengaruhi oleh kecenderungan pemberitaan media. Dijelaskan gubernur, bahwa industri media berperan untuk mencegah masuknya paham menyimpang tersebut ke Sulut.

“Peran dan tanggung jawab industri media senantiasa diharapkan dalam upaya pencegahan dan penangkalan masuk serta berkembangnya gerakan radikalisme dan terorisme,” tandasnya.

Lebih jauh, masih dalam sambutannya, Gubernur Olly optimis pelaksanaan literasi media dapat diaplikasikan seluruh peserta sekaligus menutup peluang tumbuhnya bibit paham radikalisme dan terorisme.

“Literasi media saat ini menjadi penting dan sangat diharapkan dan dapat diaktualisasikan dalam pemberitaan, termasuk untuk tidak memberi ruang pada kekerasan dalam narasi pemberitaan mengenai radikalisme dan terorisme,” imbuhnya.

Diketahui, fenomena global gerakan radikalisme dan terorisme semakin mengusik keamanan dan ketertiban negara. Salah satu bukti nyata adalah konflik baku tembak yang berkecamuk antara Militer Filipina dan Kelompok Maute yang berafiliasi dengan ISIS di Kota Marawi.

Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Filipina, tentunya hal ini menjadi sebuah ancaman besar bagi Indonesia, terlebih Sulut yang berhadapan langsung sangat berpotensi menjadi jalur masuk, tempat transit bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi lokus aksi bagi pelaku terorisme.

Di tempat yang sama, Anggota Dewan Pers Jimmy Silalahi, menyatakan, pers atau media massa jangan menjadi senjata teroris, sebab para penganut aliran radikalisme menjadikan sarana media untuk menyebar rasa ketakutan.

“Teroris sangat pintar sekarang ini menjadikan sarana media untuk menyebar ketakutan, maka hati-hati memberitakan segala aksi terorisme,” ujarnya didampingi Ketua FKPT Sulut James Tulangow, SE.

Menurutnya, yang menjadi senjata utama teroris adalah pemberitaan yang berlebihan dari media massa. Akhirnya menjadi teror yang teramat besar.

“Hingga pesan mereka sampai dan sukses, tidak sadar kita media telah membantunya, hal ini jangan sampai terjadi,” tandas Silalahi.

Adapun kegiatan tersebut turut diikuti perwakilan dari praktisi humas, dosen, mahasiswa, pelajar dan Polda Sulut. (*)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

No More Posts Available.

No more pages to load.