Detotabuan.com, KOTAMOBAGU – Pencarian hari kelima korban terseret arus sungai Agoan, Ferry Alfried Rumagit (61) warga kelurahan Kotobangon RT 18 Lingkungan 5 Kecamatan Kotamobagu Timur belum juga membuahkan hasil.
Koordinator operasi SAR gabungan dari Basarnas, Nuriadin Gumeleng, usai apel konsolidasi menyampaikan bahwa proses pencarian masih di Lokasi Kejadian Pertama (LKP) dan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mongondow.
“Pencarian hari ini mulai dari LKP dan kami sudah sampai dimuara, menyisir pesisir pantai Inobonto, disitu kami turunkan 2 perahu karet, sampai sekarang hasilnya masih nihil,” ujar Nuriadin.
“Untuk proses pencarian akan dilakukan pada besok hari, kami punya wacana, rencana ada prediksi yang kami curigai, ada diwilayah PLTM Lobong, sudah berkoordinasi dan pemerintah akan menyurat ke pihak PLN untuk menutup atau mengeringkan bendungan, agar bisa kelihatan daerah tempat jatuhnya air. Biasanya kalau ada benda disitu, tidak akan bisa keluar di wilayah arung tersebut,” lanjutnya.
Ditambahkannya, untuk kegiatan pencarian pada besok hari, tim tidak saja berfokus pada bendungan PLTM Lobong.
“Kami tidak hanya akan terfokus di PLTM itu, namun juga di pesisir laut, karena di pesisir belum ter back up semua, hal ini untuk mengantisipasi apabila korban tembus dan melewati bendungan tersebut,” tambahnya.
Nuriadin menyebut tidak ada kendala yang berarti selama proses pencarian, namun menurutnya, tim terkendala dengan jarak lokasi pencarian.
“DAS Mongondow ini sampai di jembatan Kaiya, sangat jauh jaraknya. Ada beberapa titik yang sudah kami curigai dan sudah sempat kami bongkar,” sambungnya.
Ia juga mengatakan untuk metode yang digunakan tim dalam proses pencarian adalah menyisiri berulang namun clear area.
“Artinya kita mengulang menyisir, jadi betul – betul kita clearkan area dimulai dari LKP dan sudah beberapa metode yang kami gunakan seperti penyisiran zig zag, dan yang terakhir tadi penggunaan metode berulang – ulang clear area, jadi metode itu harus kita gunakan mulai dari LKP sampai di ujung sungai kecil sebelum keluar dari DAS Mongondow. Untuk peralatan yang kami gunakan masih menggunakan arung jeram perahu karet 2 unit, termasuk BPBD Bolmong juga menurunkan perahu karet satu unit,” terangnya.
“Untuk tim penyelam belum kami turunkan karena tidak efisien menurunkan alat selam pada tempat yang tidak ada tanda atau dicurigai disitu, kemudian visibility dan arusnya tidak mendukung, sangat berbahaya juga bagi penyelam,” pungkasnya.
(Alfrieda)