Loloda’ Mokoagow Disepakati Sebagai Nama Bandara Lolak

0
882

BOLMONG,DETOTABUAN.COM— Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow (Bolmong), membahas penamaan calon bandar udara (bandara) yang saat tengah dalam proses pembangunan dengan lokasi di Kecamatan Lolak.

Pembahasan yang berlangsung di Senin (18/11), di ruang rapat Asisten II Kantor Setdakab Bolmong di Lolak, Senin (18/11)  itu, melibatkan sejumlah tokoh terkait. Proses pembahasan yang dikoordinir langsung Plh Kepala Dinas Perhubungan Bolmong Zulfadli Binol, dengan beberapa tokoh masyarakat, berlangsung khidmat.

Dipimpin langsung Asisten Satu Setdakab Bolmong B.D Panambunan, diskusi yang berjalan hampir dua jam itu, mengerucut ke satu nama, Loloda’ Mokoagow. “Dengan demikian kita sepakat memberi nama Loloda’ Mokoagow, setuju?” kata Asisten 1 Bidang Pemerintahan Setdakab Bolmong, B.D. Panambunan. “Setuju..!” sambut peserta rapat, yang  disusul bunyi ketukan tiga kali oleh B.D Panambunan, sebagai tanda legalitas.

Dukungan pertama terucap dari perwakilan tokoh masyarakat dari Desa Mongkoinit, Ramlan Mokodompit. Dia mengakui bahwa, salah satu pelaku sejarah pemimpin Bolaang Mongondow adalah Loloda’ Mokoagow. “Sehingga sangat tepat menggunakan nama itu di bandara nanti,” kata Ramlan.

Dukungan berikutnya diutarakan Munde Mokodompit, tokoh masyarakat Desa Lolak yang dihadirkan juga dalam pertemuan tersebut. Munde sangat setuju dengan nama Loloda’ Mokoagow, dan merasa puas. “Kami sangat setuju karena menggali sejarah dan tidak menghilangkan sejarah ke depan,” ucapnya.

Uraian penekanan betapa baiknya nama Loloda’ Mokoagow kemudian dijelaskan Budayawan/Sejarawan Chairil Mokoginta yang disimak peserta lainnya. Dikatakannya, Loloda’ Mokoagow merupakan salah satu raja yang tidak terkontaminasi dengan Belanda di masa penjajahan kala itu. “Gelar pemimpin atau raja pada Loloda’ Mokoagow murni oleh masyarakat tanpa campur tangan Belanda,” ujarnya.

Dalam penjelasan, Hairil mengurai beberapa suku kata dalam penggunaan Bahasa Mongondow. Dia bahkan mengakui kata Loloda juga ada di Ternate, dan termasuk salah satu raja di Ternate, yang kemudian melarikan diri ke Sulawesi Utara karena terjadi peperangan. Namun orang tersebut berbeda dengan Loloda’ Mokoagow.

Nah yang membedakan nama itu dengan Loloda’ Mokoagow adalah penggunaan tanda koma satu di atas (‘), yang menjadi dialek khas Bahasa Mongondow. “Jadi Loloda’, bukan Loloda,” kata Chairil.

Dia kemudian mengartikan, dalam perspektif Bahasa Mongondow, Loloda’ Mokoagow artinya orang yang mampu menyatukan semangat. Loloda’ Mokoagow juga urainya sering disebut dengan gelar Datoe Binangkang. Datoe, kata Charil, berarti pemimpin atau jabatan tertinggi, sedangkan Binangkang itu adalah sebuah proses ritual budaya, Loloda’ Mokoagow disanjung sebagai pemimpin bidang adat dan juga keagamaan.

“Kita butuh narasi yang bisa dijelaskan sehingga bisa mempertanggungjawabkan nama itu. Jadi saya mengusulkan nama Loloda’ Mokoagow sudah sangat tepat,” urainya menerangkan.

Senada, jurnalis senior yang telah lama berkecimpung dengan penulisan sejarah dan silsilah, Sugianto Babay bahkan mengusulkan, nama Loloda’ Mokoagow bukan hanya untuk pemberian nama saja. “Saya usulkan bukan hanya nama bandara, tapi mari kita usulkan untuk diangkat menjadi pahlawan dari Bolaang Mongondow,” pintanya.

Penjelasan ini diamini Ketua Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow (Amabom) Jemmy Lantong yang juga ikut hadir. Selain suka dengan nama tersebut, Jemmy menambahkan, setelah disepakati bersama, bisa secepatnya diusul dan dibahas untuk dijadikan peraturan daerah (Perda).

Dia kemudian merasa prihatin, jangan sampai menjadi seperti Rumah Sakit Kotamobagu yang sebelumnya diusulkan nama Abram Sugeha disematkan pada rumah sakit daerah itu. “Nama Abram Sugeha sempat mencuat, kemudian tiba-tiba saya tidak tahu kenapa, malah namanya jadi Rumah Sakit Kotamobagu,” tuturnya.

Untuk itu, dia mengajak untuk berkomitmen bersama dari argumen yang ada untuk bisa dipertahankan. “Kami Amabom mendukung pemberian nama itu,”tandasnya.

Kepala Dishub Bolmong Zhulfadli Binol mengungkapkan, pertemuan ini dibakukan dalam sebuah lembaran berita acara, yang menjadi syarat dalam Peraturan Menteri Perhubungan Ri Nomor PM 39 Tahun 2019 tentang Penetapan Nama Bandar Udara Umum. “Salah satu dari tujuh syarat yang ada yakni dibuatkan berita acara pembahasan,” jelas Binol.

Dia menbahkan, penamaan bandara di Lolak sebenarnya bisa diganti dalam beberapa tahun mendatang jika ada perubahan. Namun dirinya sangat berharap, nama Loloda’ Mokoagow menjadi hasil kesepakatan bersama yang tak lekang waktu. “Semoga jangan hanya lima tahun (waktu tersingkat dalam perubahan nama), tapi selamanya” tegasnya.

Terakhir, dia membeberkan dua target penyelesaian bandara selain pembangunan infrastruktur, yakni navigasinya dan kode bandara. “Nanti, Bandara Loloda’ Mokoagow ditargetkan akan melayani rute Lolak-Manado, Lolak-Gorontalo, Lolak-Makassar, Palu, hingga Balikpapan, dengan jenis ATR 72,” tutup Binol.

Terpisah, Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow mengatakan, bandara tersebut, bisa berpeluang menjadi bandara internasional, melihat karena pembangunan terus dikembangkan. “Sebab panjang runway terus bertambah,” kata Yasti.

Pada pertengahan tahun 2020, perpanjangan runway Bandara akan menjadi 2.8 kilometer. Dengan panjang runway itu, ujar Yasti, dapat didarati pesawat dengan tipe Airbus. “Insha Allah ditargetkan, pada 2021 mendatang pengerjaan Bandara Bolmong selesai,” harapnya. (Ind)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.