FENOMENA Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) menjadi kurang menarik- ADEM AYEM kata Nitizen, sikap pemilih Mitra hampir sampaikan “Tidak Seru” ujar rakyat pemilih Mitra. Kenapa? Kontestasi jadi adem ayem, karena tidak ada Rifal dalam Pertandingan.
Lain lagi kata para Hobies Ayam Petarung, mereka komen ‘Ayam kalau ada urus sampe jago kong ndak lapas di Felt “NDAK ADA HARGA” dan pemilik tidak miliki Prestise KEBANGGAAN yang menjadi bahan pembicaraan/mulu-mulu para Pobies Ayam Jago, paling sampe di cirita Bos itu Jago ba urus mar depe ayam ndak jaga lapas di Felt, bukan petarung.
Dalam kontestasi Pilkada tentu tidak visa disamakan komen Nitizen dan Hobies Ayam, Kenapa ilustrasi diatas dalam konteks pendapat dan ilustrasi Hobies Ayam Petarung, untuk Pilkada ada aturan main ada undang-ndang dan ada PKPU yang mengatur DIBOLEHKANNYA CALON TUNGGAL !!
Sebenarnya James Sumendap ( Petahana) sendiri tidak kehendaki itu, namun Realitasnya seperti Ilustrasi Hobies Ayam bahwa Banyak Calon Jago tapi ndak berani turun di Felt, sehingga muncul beragam pendapat ‘Pemilih JS so borong partai dengan pendekatan azas manfaat dan lain-lain yang kesemuanya itu hanya Wacana dan perasaan dan Tidak Benar, karena seperti Hanura memberi dukungan hanya karena Hanura melihat Kinerja dan Hasil Kerja JS, yang tentu perlu didukung tanpa syarat untuk melanjutkan Pembangunan di Mitra bagi Kemajuan dan Kesejahteraan rakyat Mitra.
Demikian pula Nasdem, Kinerja dan Hasil Survey lah yang membuat kami mendukung, info internal Partai Nasdem. Jika hari ini masih ada wacana tidak jelas sumbernya maka sebaiknya BERKONSENTRASILAH untuk melihat sosok Pemimpin JS yang dalam Progres Kinerjanya nenunjukkan Kemajuan Signifikan, Opini WTP berturut-turut dalam Pengelolaan Keuanganan daerah tunjukkan kinerja positif, walau tentu belum semuanya tersentuh sebagaimana realitas dilapangan.
Berhadapan dengan KOTAK KOSONG memang serba salah, banyak kalangan pemilih dan mungkin sebagian besar berpendapat ‘BAGUS, JS TORANG PILIH ULANG JADI BUPATI TANPA SAINGAN, bekeng apa pilih kotak kosong, so talalu BIONGO TORANG MASAK MO PILIH BENDA SENG ALUMUNIUM YANG NDAK ADA GUNA ITU !! Tagal ada itu kotak KPU sadia for tampung kertas suara “COBLOS ORANG”
Namun sebagian kecil Pemilih, apalagi para Aktor pemain politik lokal yang tidak puas dengan Kinerja- kebijakan atau hubungan perorangan yang tidak mesra (mungkin) justru sebaliknya Kampanyekan KOTAK KOSONG, untuk apa SEDERHANA AGAR JS TIDAK BISA MEMIMPIN MITRA 5 Tahun kedepan.
Kerugian besar untuk Mitra 5 tahun kedepan jika itu terjadi, satu hal yang ada dihadapan bahwa TIDAK AKAN PERNAH ADA KEPEMIMPINAN YANG LAHIR DARI Putra Mitra sendiri, dengan kata lain Pejabat Bupati Mitra akan diisi ASN dari Provinsi dan yang tentukan adalah Gubernur ( Penunjukan) maka semua rakyat mitra nimbole protes yang boleh adalah ELUS DADA jika Penjabat Bupatinya tidak sesuai harapan rakyat Mitra.
Kepemimpinan JS sesuai Undang Undang hanya bisa dua periode artinya 2023 dilasanakan Pilkada lagi, dalam konteks Pasangan JS saat ini adalah Putra Tombatu/ Tuama Mitra, kenapa justru kita tudak bisa bersabar 5 tahun lagi real Politik Wakil Bupati pasti Bacalon Bupati Mitra, atau bisa saja ada deal politik ada Kader Mitra Potensial yang siap maju 2023, tinggal Kolaborasi siapa Bupati dan siapa Wakil Bupati, demikian pula Partai Politik harus men-Disign siapa 5 tahun kdpn dipersiapkan, dan itu harus jauh jauh hari di persiapkan secara matang. Tonni Lasut PG bisa, atau Ketua DPRD skarang juga bisa, wakil Bupati skarang atau kader Birokrat Maxi Rondonuwu miliki Kapasitas dan Kopetensi yang merupakan Representatif Putra Terbaik Mitra.
Mereka semua patut di appresiasi Rakyat Mitra, jangan kase abis itu Energy bicara KOTAK KOSONG, atau MENANGKAN KOTAK KOSONG, secara fatsun politik TIDAK ELOK, Etika apa lagi, masak suara kita, KEDAULATAN kita, Hak Politik kita di arahkan pilih kotak kosong ???
Undang Undang oke, aturan membolehkan, namun terlalu Naif bila ada Orang yang sudah bekerja majukan Mitra justru ditinggalkan untuk Coblos Kotak Kosong tak BERMAKNAH !!!
Tetua Adat Mitra harus TURUN GUNUNG, Perwakilan Ranoketang lama- Lobu- Silian- Tombatu-Tonsawang- Morea- Kalait- Mundung- Esandom- Winorangian- Molompar- liwutung- Ratahan- Rasi – Tababo-Belang – Ratatotok dan TETUA ADAT DESA LAIN NYA ambil sikap KAMPANYEKAN pIlih orang BUKAN KOTAK KOSONG ALIAS KOKO !!!
Sikap Tegas Tetua Adat Mitra harus dilakukan, guna Eliminasi sikap yang mengarahkan dan kampanyekan “KOKO”, skali lagi tidak menguntungkan pilih KOKO, dia itu Benda Mati Tanpa Makna, saatnya rusak maka dia akan jadi Barang Ronsokan, Memilih JS jauh lebih BERNILAI DAN BERMAKNAH, jika kemudian dlm memimpin ada hal yg bengkok bisa di luruskan /peringatkan, jika kemudian dia Lupa maka bisa di Ingatkan, dan jika kemudian tidak melaksanakan kebijakan sesuai Visi Misinya untuk Kesejahteraan Rakyat, maka Wajib juga kita rakyat meminta dia untuk mempertanggung jawabkan nya.
Jika ” KOKO” apa yang kita harapkan ???
Saya banyak bergaul dengan masyarakat mitra, bahkan ada benang merah KEKERABATAN di Tombatu- Mundung- Tonsawang, buyut kami “Punu Dadui Mokodompit” mempersunting putri Tombatu ” Johana Angginaloy” bahkan saya tahun 1973 Pernah Study di SMEA Molompar dibawah kepemimpinan Kepsek engkuk Bpk. Mawuntu Almarhum, domisili di Liwutung pertigaan.
Sehingga tau persis suasana bathin keluarga di Mitra yg sangat Religi dan Paternal, tinggal pendekatan kekeluargaan yang harus di lakukan JS dengan perbanyak kunjungi Rumpun keluarga dan Gereja- Gereja.
Hal yang menguntungkan Istri calon wakil Bupati paslon JS adalah Pendeta, sehingga lebih muda untuk lakukan pemahaman bahwa MITRA butuh PEMIMPIN JS tidak butuh KOTAK KOSONG.
(Oleh : Firasat Mokodompit, SE)