Oleh : Yodi A. Marendes, SE (Alumni GMNI BMR)
Pilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak (Nasional) jilid dua (2) tak lama lagi diselengarakan , februari 2017 bila tak ada arah melintang, melalui penyelenggara pemilu -Komisi Pemilihan Umum (KPU)- menetapkan pilkada dilaksanakan. Khususnya di Bolaang Mongondow Raya (BMR), Kabupaten Bolaang Mongondowlah yang termasuk dalam kontestasi pilkada jilid dua (2), Pasca kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) dan Bolaang Mongondow Timur (Boltim) yang telah terlebih dahulu menyelengarakan ajang lima (5) tahunan ini ( 9 Desember 2015) dan termasuk kontenstan perdana yang merasakaan pilkada serentak yang di desain KPU.
Kabupaten Bolaang Mongondow tentu merupakan Daerah tertua di BMR yang menciptakan embrio Kabupaten / Kota baru di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan dan Kota Kotamobagu. Tentu lepas dari barometer perpolitikan BMR yaitu Kota Kotamobagu, Bolaang Mongondow merupakan Kabupaten tertua yang syarat akan pertarungan gengsi para elit-elit partai politik (Parpol) umumnya di Sulawesi Utara terlebih khusus di BMR.
Salah satu daerah penghasil sumber daya alam terbesar baik itu dibidang pertanian, kehutanan, kelautan dan pertambangan. Daerah ini tentu penuh dengan anugerah yang diberikan Tuhan untuk umatnya. Jelas daerah ini menjadi salah satu daerah yang diperebutkan oleh partai-partai politik melalui ajang pilkada nantinya tentu semata-mata untuk dikelolah kearah yang baik demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
terlepas dari mukadimah diatas, penulis ingin mengkaji peluang-peluang partai politik dalam merekomendasi bakal calon kepala daerah maupun wakilnya dalam ajang tersebut. Pembaca, penulis akan memulainya dengan partai politik yang sudah pasti dan boleh untuk mengusung pasangan calon kandidatnya tanpa harus berpikir “keras” untuk berkoalisi dengan partai-partai yang menduduki parlemen Bolaang Mongondow, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Dengan perolehan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebanyak delapan (8), PDIP dipastikan melenggang lepas (tanpa beban) untuk mengusung Pasangan Calon Bupati maupun Wakil Bupatinya. Berbeda dengan partai lain yang harus memutar otak, mengatur strategi sebaik mungkin agar bisa terbanggun persepsi yang sama antar partai dalam koalisi demi dan untuk memuluskan kandidatnya.
PDIP tentu partai yang sudah syarat pengalaman dalam perpolitikan Indonesia apalagi saat ini PDIP merupakan partai penguasa yang menetapkan Calonnya sebagai Presiden Republik Indonesia (RI 1), belum lagi “kemarin” pada pilkada serentak jilid satu (1) bakal calon baik ditingkatan Provinsi (Gubernur) maupun Daerah/Kota (Bupati/Walikota) hampir mendominasi kemenangan partai ini. Termasuk di Sulawesi Utara, Khusus BMR Bolsellah yang membuktikan Partai ini berjaya, lepas dari Boltim dan paling utama adalah Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara dimenangkan oleh aroma banteng perjuangan.
Tentu PDIP tak akan gegabah meyikapi pertarungan di Bolaang Mongondow, dari berbagai statmen petinggi PDIP Sulut termasuk Pak Oly Dondokambey dan Pak Steven Kandow, PDIP melihat objektif dan realistis untuk menentukan kandidatnya. Setidaknya hal objektif dan realistis yang dilihat oleh dedengkot PDIP ini adalah persoalan segmen geo Cultural pendudukannya (Bolaang Mongondow) ditambah dengan unsur atau indikator terpenting lainnya.
Terbaca dengan jelas dihadapan masayarakat BMR ketika Pak Oly Dodokambey menyampaikan bahwa Putra/Putri terbaik Bolaang Mongondow sudah terjaring untuk diusung sebagai Kandidat Calon Bupati Bolaang Mongondow diantaranya Yasti S. Mokoagow (YSM) dan Djelantik Mokodompit, dua putra/putri terbaik inilah diangap PDIP sebagai hal yang Objektif, sedangkan yang realistis adalah menempatkan kader terbaik PDIP sebagai pendamping satu diantara kedua kandidat dimaksut.
Timbul pertanyaan kembali siapa yang realistis diantara kader terbaik PDIP Bolaang Mongondow?, setidaknya ada dua nama populis saat ini, Welty Komaling (Ketua DPRD BolMong) dan Yanni R. Tuuk (Wakil Bupati), pembaca saya menyakini PDIP akan lebih dan sangat cermat lagi menentukan pilihan ini , terlebih pilihan ini merupakan kader internal PDIP sendiri yang kedua-duanya mempunya basis masa real dan memberikan peran penting bagi konsituennya. Keduanya adalah reprensentatif dumoga, sama-sama mewakili unsur minoritas Pak Pnt. Welty Komaling gambaran wajah GMIBM sedangkan Pak Yanni R. Tuuk adalah representative warga Pantekosta dan yang merupakan catatan penting dari tulisan ini adalah PDIP tidak “egois” memainkan dinamika politik di Bolaang Mongondow khususnya dan BMR umumnya walaupun partai ini boleh menggusung kandidatnya sendiri. (bersambung)